Selasa, 13 Desember 2011

Diskriminasi

Seperti biasanya, seperti yang sering terjadi, kami sebagai siswa aksel didiskriminasi. Mungkin terlalu berlebihan disebut diskriminasi, tapi kami belum menemukan kata yang cocok untuk menggantikan kata itu. Setiap hari, setiap saat, dan setiap waktu ada saja yang mereka komentari tentang kami. Kalau nilai kami baik, itu biasa bagi mereka, tapi kalau nilai kami jelek mereka menganggap itu sebagai kegagalan dan kekalahan telak kami. Bayangkan! Mengerjakan soal mengenai materi yang telah kami pelajari setahun lalu, bukankah itu sangat sulit, padahal selama setahun ini banyak juga materi lain yang perlu kita pelajari! Anak-anak RSBI, mereka baru saja mempelajarinya beberapa bulan, tapi hanya beberapa dari mereka yang bisa meraih nilai 80 ke atas, sementara kami yang sudah setahun lalu setidaknya ada yang mencapai nilai tertinggi!!!!!!! Dimana-mana guru yang bukan guru Akselerasi selalu membicarakan dan melihat hanya kelemahan kami. Kami sudah berusaha menunjukkan bahwa kami tidak bodoh dengan kejuaraan lomba jeda, dan berbagai prestasi kami, tapi mereka anggap itu sebagai hal yang seharusnya kami raih. Mereka melihat kami dari keburukan dan kelemahan yang kami punya, dan menutup mata dari kelebihan kami. Mereka mengunci resleting mulut mereka untuk memuji kami, tidak berbeda dari film Singapura berjudul I'm Not Stupid. Tidakkah mereka mengerti bahwa semua orang butuh pujian? Meskipun kita sebaiknya tidak senang dipuji, tapi setiap orang tetaplah butuh pujian. Pujian adalah salah satu cara memberikan semangat kepada orang lain untuk melalui rintangan. Susahkah bagi kita untuk memuji? Tidak bisakah kita seperti orang Eropa yang selalu memuji manusia lain? Hanya dengan mengatakan excellent, maka itu sudah berupa ujian. Maka dari itu, saya ingin memberikan sepatah kata-kata kepada semua orang yang membaca, tidak peduli murid, guru, kepala sekolah, atau presiden, "Banyaklah memuji orang lain, tapi jangan terlalu puas dan senang bila dipuji." !

1 komentar:

  1. Hahah, betul sekali... mereka tidak pernah akan tahu rasanya menjadi kita,

    BalasHapus